Hati adalah tempat dimana perasaan timbul. Ntah itu perasaan marah, sedih, cinta, dan gembira.
Sedikit ingin bercerita, tentang perasaan yang pernah benar2 menimbulkan efek samping berkelanjutan yang aku alami 3 tahun lalu tepatnya waktu kelas 1 SMA
Kelas 1 SMA dimana fase, peralihan dari anak2 menuju remaja. Banyak perubahan2 yang harus dirubah untuk menuju ramaja.
Awal masuk SMA, aku masuk di kelas X MIPA 1. Mikirnya masih seperti anak SMP,sesuatu yang berbau 1atau A . Itu pasti kelasnya bagus.
Ternyata bener, kelasku itu dihuni anak2 yang pandai pandai dalam belajar. " Keren nih" bisik ku dalam hati
Beberapa bulan berlangsung di kelas itu, aku sangat betah, dan aku mendapat sorotan dari guru2 dari salah satu temenku yang dalam kategori siswa yang giat gituui. Hehe
Setiap berkelompok, pasti kita dipilih untuk menjadi ketua regu. Akupun begitu
Semua guru mengenalku dengan baik.
Waktu itu, aku mendapat wali kelas guru bhs inggris, namanya Mam Da*im. Tegas, ketat dan menyeramkan bagi mereka yang lupa mengerjakan PR.
Singkat cerita saat itu aku kecewa dengan diriku sendiri, ketika dengan gampangnya aku merusak image ku di mata guru2.
Itu awal pertama, aku menyukai seseorang. So anak SMA yang udah sok sok an suka sama oramg lain.
Semua cerita cinta yang buta dimulai.
Sampai sampai, handphone ku pernah tersita guru seni budaya, karena ulahku yang sangat menjengkelkan. Dan mengundang guru2 lain yang menyukaiku membenciku pada saat itu. Salah satu hukuman yang merugikan sekali, aku mendapat hukuman menulis " Saya berjanji tidak akan memainkan handphone pada saat jam pelajaran, jika saya melanggar saya siap menerima sanksi yang akan diberikan" Panjang banget ngga si..
Kalo gasalah, itu 2 garis kertas folio per kalimat. Dan menulis 100x sampai handphoneku kembali. Di sisi lain, aku sangat takut pulang dengan tidak membawa hamdphone ku larena tersita guru. Aku pun pura pura tidak terjadi apa apa, saat pulang ke rumah. Selama 2 hari aku mengerjakan tulisan itu dan tidak menghiraukan tugas rumah yang sudah ku tunggak 2 hari sebelumnya.
Aku mengerjakan tulisan hukuman itu di sekolah, karena takut ketauan ibu. Ku pusatkan semuanya pada tulisan itu, dan selesai pada 2 hari setelah hp itu disita.
Menebusnya, aku masih menerima cacian dari wali kelas yang terkenal tegas dan si guru seni budaya. "Aku imgin menangiiiis" Dalam hati
Dan aku sangat malu sekali, karena saat iti guru2 lain sedang istirahat do ruamg guru dan beberapa adik kelas yang sedang menemu guru seni budaya. Ashhh, sangat memalukan. Semua ter lewati dan akhirnya handphoneku kembali ke tanganku lagi.
Selesai.
Sampai di kelas, guru bahasa indonesia sudah menungguku dan menagis tugas yang sudah ku janjika tetapi bekum selesai.
Dalam benakku " Ah, bu r*na kan baik sama aku, ngga mungkin marah".
Ternyata salah, dia marah besar kepadaku dan lagi lagi aku mendapat cacian.
"Mentang2 saya sabar, jangan kamu sepelekan saya" Ucapnya dan membuat hati saya tertegun dan kecewa pada diri sendiri.
Pada saat itu, guru guru jarang mengambil contoh dari tugas sekolahku. Aku terbelakangkan saat itu, dan rasanya sedih sekali.
Tigas Bhs indonesia yang dulu 91 telah menjadi 62.
Ketua regu matematika, telah tergantikan dan bukan aku lagi
Guru seni budaya yang sering menyindirku setiap kali pertemuan.
Semua hancur dan nilaiku merosot semester 2.
Semester 3, 4 keadaan masih sama, aku semakin malas mengerjakan PR.
Dan akhirnya aku berusaha untuk bangkit, pelan pelan belajar, terus..
Semester 5, aku memuali hidup baru. Grafinya naik, pelanpelan, ku paksa diriku rajin meskipun rasanya malas.
Semester 6 nilaiku kembali semula, dan aku kembali baik dengan guru tadi. Tetapi minusnya, aku lemah di matematika dan sangat susah sekali untuk memperbaiki lagi.
Semoga mendapat manfaat, saat membaca pengalaman jengkel ini.
Dariku, Sarifa MH
Komentar
Posting Komentar