Langsung ke konten utama

Berkesan Berkesempatan dalam Berjalan

Betapa Allah selalu memberi pelajaran didalam perjalanan-perjalananku

Hari ini, tepatnya tanggal 25 Juli 2022 aku hendak berlabuh ke kota Malang bukan untuk pertama kali. Niat awal dengan rencana berangkat menaiki kereta pukul 08.55 WIB menggunakan akal yang paling baik, tiba di stasiun Jatiroto pukul 07.55 WIB, dan diantar oleh sanak tetangga rumah menuju Stasiun KA. Setibanya di Stasiun aku mendapati keadaan sepi tidak ada manusia sama sekali, hanyalah aku dan sanak setatangga yang hendak kembali pulang. Aku tidak langsung check in tiket, akan tetapi  mengikuti kebiasaan sebelum-sebelum ketika aku dibersamai KA Tawang Alun pagi itu, check in dibantu petugas untuk lekas cetak Boarding pass. Jam 08.45 aku mengetahui sebuah kebijakan baru sejak diberlakukannya pada tanggal 17 Juli 2022, bahwa penumpang yang belum menunaikan booster vac diperlukan surat Swab PCR 1x24jam, dan aku baru  menyadari dan mengetahui banner tersebut. Tidak mungkin dengan waktu 10 menit aku dapat melakukan tes swab di daerah ini. Dan akhirnya, betul, aku tidak diperbolehkan menaiki kereta yang telah tiba dan sudah siap berankat menemui tujuan sejak pukul 08.50 WIB. Ketiga penumpang yang datang setelahku sudah hilir mudik meramai ke gerbong kereta mencari bangku pesanannya, sedangkan aku bingung nyaris setres memikirkan "Akankah kereta meninggalkan aku?"

~Manusia bisa berencana, tetapi Allah yang menentukan.~

Sepakat paling sepakat dengan catatan tersebut.
Tentulah bingung, dan bingung. Sambil aku menghubungi kakaku mengenai masalah perkereta apian ini. Kebingungan pertama, aku tidak membawa uang kes yang mencukupi ongkos bus untuk sampai ke Malang, dan kebingungan kedua tentu aku harus berjalan sedemikian jauh dari stasiun Jatiroto menuju halte pemberhentian bus yang letaknya di persimpangan jalan provinsi nan jauh disana.
"haruskan aku sempoyongan di bahu jalan" wkwkwk. Kebingungan ke tiga, aku kesal. Aku sudah mendapatkan tiketku, akan tetapi aku tidak dapat menumpang pada bangku yang sudah aku pesan.
Pukul 08.55 WIB peluit berteriak, pertanda kereta akan berangkat. Akhirnya aku menyerah dan merangkul sekantong kebingungan. Tetapi percayalah, alam tidak akan membiarkan kita terpuruk. Tiba- tiba aku ditawari untuk diantarkan oleh penjaga stasiun tadi yang mencegahku turut pada keretanya dengan mengucapkan segudang maaf. Si bapak penjaga stasiun itu hendak pergi ke kedai Pastel _Pastel Soponyono, pastel paling terkenal seJawa timur raya yang letaknya di Jatiroto_  tepat di depan halte pemberhentian bis. Tentulah aku mau, karena letak Stasiun-halte sangatlah jauh bila ditempuh dengan berjalan kaki, kebingunganku yang pertama teratasi. Alhamdulillah
Aku pun menumpang, dan tak jauh dari stasiun Jatiroto tepatnya pelawangan atau pintu penghadang kendaraan ketika kereta melintas didapati patah karena diterobos oleh truk pengangkut tebu dan rekan si bapak stasiun memberhentikan kami, bapak penjaga stasiun diminta membantu untuk mengejar laju truk pengangkut tebu yang menuju pabrik gula Jatiroto. Truknya belum jauh, dengan badan truk warna kuning  berkepala oren. Apa boleh buat, sebelum truk itu menghilang, si bapak stasiun langsung mengejar, akupun turut menguber jejak perginya mobil dengan segeronjong tebu tadi. :V
Aku diboncengnya dengan motor yang sangat laju, menyusuri jalan kanan pabrik gula jatiroto.
**
Pada akhirnya, bapak stasiun berhasil mendapatkan KTP sopir truk kuning kepala oren dan diberikan kepada rekannya si mas penjaga pos pelawangan kereta. Semua beres, akupun diantarkan dan sampai di halte pemberhentian bus. "Bapak itu sangat baik betul". Semoga dibalas segala kebaikannya, aamiin.
Menghadapi kebingungan selanjutnya, aku menitipkan satu barangku kepada ibu penjaga toko di pinggir halte pemberhentian bus dan langsung bergegas menuju ATM di depan RS Djatiroto dengan jarak lumayan sedikit jauh. Sampai disana, ternyata mesin ATM nya tidak dapat digunakan. *Rasanya ingin teriak dan menangis
Pilihan kedua akses mendapatkan uang kes ialah Indomaret.
Hilir mudikku dimulai lagi, aku menuju Indomaret yang tertetak di pinggir sungai dan pasti dan tentu jaraknya tidak dekat lagi. Aku berjalan sedikit berlari dengan dihiasi pancaran sinar matahari jam 09.45 WIB. Aku sampai di Indomaret, dan pada akhirnya aku mengantongi dua lembar uang bekalku menuju Malang. Segala puji bagi Allah.
**
Aku menaiki bus ladju jurusan Jember- Surabaya. Aku duduk di kursi bus dan merasa seperti terselamatkan. Mengulang memori beberapa jam yang lalu dari drama Stasiun hingga berakhir duduk dan menjadi penumpang bus Ladju.

"Ternyata aku bisa dan menuai banyak pembelajaran mengenai banyak bersabar", Masya Allah.
21.38 WIB, di Malang, aku masih bisa menyala dan berterimakasih kepada alam tentang pelajaran hectic sederhana di hari ini dan akan selalu ada dalam ingatan juga dalam tulisan.

Sekian :)
Malang, 25 Juli 2022

*foto di pelawangan Kereta Api Jatiroto

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia dengan Segala Ketakutannya

Awalnya ku kira hal ini tidak akan menemukan titik baik kecuali selamanya akan menjelma ketakutan. Biarpun sugesti, empati meminta kerjasama otak dalam mengatur gerak gerik, “pasti nihil” ucapku ketika itu. Ketakutan memang tidak boleh selamanya menjadi satu-satunya penghuni dan membiarkan menyebar dokrin hingga ke urat nadi bahkan mendarah daging. Takut, takut, dan takut. Ketika semua hal difokuskan pada satu sub tema yang bernama “takut”, tidak akan ada habisnya. Pilihan ya hanya satu, berani atau mundur sekalian. Karena jatuh dari takut yang aku maksud, insecure namanya. Aku pernah mendengar dari seorang kawan asal pamekasan, dia bilang gini “ jalani aja, apapun yang terjadi, itu urusan belakangan” . Aku selalu ingat itu, dengan logat Madura yang asik menurutku. Aku benar- benar menjalaninya. Setres, karena ketakutan-ketakutan Yang belum tau kejelasannya seperti apa. Aku bertemu manusia-manusia yang sebelumnya belum ku lihat secara nyata. Dan semua menerimaku seperti bagaiman

Langit Jingga II

Senjani yang tidak akan redup Sebelum sang surya  terlelap menunduk katup.  Bel masuk berbunyi, beberapa siswa mulai beranjak, dan sebagian lainnya masih menghabiskan makanannya. Aku dan Rosa bergegas. Setibanya di kelas, kelas dalam keadaan kosong. Teman teman semua tidak ada di kelas, hanya tersisa ranselku merahku dan ransel rosa. "Loh teman teman kemana? Kok kelasnya kosong?? " Tanyaku dengan bingung "Kemana ya? Apa sudah pulang " Tanya Rosa Kelas di sebelah kelasku sedang melaksanakan pelajaran, sedangkan Aku dan Rosa kebingungan. Tiba tiba diujung tidak jauh dari kelasku, ada Inka yang memanggil " Tia ! Kelasnya pindah" Teriak inka dari sana Aku dan rosa langsung bergegas Kamipun langsung menghampiri bangku kosong yang tersisa. Nasibku tidak sebaik rosa, aku tidak kebagian teman sebangku. Dan terpaksa aku duduk sendiri dibangku paling ujung di belakang bangku Inka dan Fahda. Sedangkan Rosa, dia sudah dibookingkan bangku oleh Nur Hidayah unt

Langit Jingga III

Pernah singgah,  Dan singgah kembali.  Tiada hari jika tidak dapat mengotak atik warna dan menodai kanvas yang awalnya putih suci menjadi seperti angin berebut awan mendung.  Hari sabtu yang penuh ceria, hari libur yang ditimpal libur minggu karena peringatan Hari Kartini. Aku menyibukkan diriku dengan hal yang sangat aku sukai yaitu menggambar. Sejak SD aku sangat menyukai warna, menggabar. Karena sebuah ide juga bisa di ingat ketika melihat sebuah gambar dengan warna.  Aku mengambil beberapa warna dan meneteskan di palet hadiah dari kakek, dan mengaduknya dengan kuas semburat seperti sapu kandang mang Amin, ntah kenapa aku sangat sayang sekali kepada kuas ini.   Ditengah asyiknya aku mencoret coret, membuat bentuk ti ba tiba, datang dari arah lorong depan yaitu seorang anak laki laki sepantaran kakak Adelia teman kelasku.  " Jangan bilang,!! Dia mau apa! " Geramku dari jendela kamar ku diam saja, tanpa menghampirinya. Kedengarannya Bapak membuka pintu.  "As